Tujuan
Pembelajaran menurut Robert Gagne
Robert Gagne lahir tahun 1916 di
North Andover, MA. Beliau mendapatkan gelar A.B. di Yale tahun 1937 dan pada
tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Psychology dari Universitas Brown. Mengajar di
Connecticut College for Women dari 1940-49 dan kemudian di Penn State
University dari 1945-1946.Antara 1949-1958, Gagne menjadi direktur “perceptual
and motor skills laborartory” di U.S. Air force.Pada saat itu dia mulai
mengembangkan beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut "The Conditions of Learning".Pada
25 tahun terakhir beliau adalah professor di Department of Education Research
at Florida State University di Tallahassee.
Gagne melihat proses belajar mengajar dibagi
menjadi beberapa komponen penting yaitu
:
1. Fase
– fase pembelajaran
2. Kategori utama
kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
3. Kondisi atau tipe pembelajaran
4.Kejadian-kejadian
instruksional
Robert
Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori belajar yang
mencapai kulminasinya (titik uncak) pada “The Condition of Learning”. Banyak
gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model
pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of Learning” mengemukakan
bahwa: Learning is change in human
disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not
simply ascribable to process a groeth. Belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara
terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor
dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.
Fase-Fase
Dalam Belajar
Gagne membagi proses belajar
berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
o
Fase Receiving The Stimulus Situation
Fase
Receiving The Stimulus Situationmerupakan fase seseorang memperhatikan stimulus
tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk
kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Misalnya “golden eye” bisa
ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film.Stimulus
itu dapat spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar
siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan.
o
Fase
Stage Of Acquition
Pada
fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh
sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima
dengan pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa
membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
o
Fase
Storage
Fase
penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang
dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek
dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
o
Fase
Retrieval/Recall
Fase
mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.
Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan
hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu
informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan
baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih
mudah dipanggil.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap
tidak utama, yaitu :
o
Fase
Motivasi
Sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
o
Fase
Generalisasi
Fase
transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya
ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru
tersebut.
o
Fase
Penampilan
Fase
dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah
mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka
dapat membuat kalimat yang benar.
o
Fase
Umpan Balik,
Siswa
harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).
Kategori Utama Kapabilitas
Setelah selesai belajar, penampilan
yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
(capabilities).Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan berdasarkan atas kondisi
mencapai kemampuan tersebut berbeda-beda. Ada lima kemampuan (kapabilitas)
sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu :
o
Verbal Information
Kemampuan siswa
untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini
dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan
yang lainnya yang bersifat verbal.
o
Intellectual Skills
Merupakan penampilan yang
ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat
dilakukannya.Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi
dengan lingkungannya melalui pengunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan.Yang
membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada
tingkat kompleksitasnya. Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan
aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan-aturan yang kompleks yang berisi
aturan-aturan dan konsep terdefinisi, untuk memperloleh aturan – aturan ini
siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep
konkret ini siswa harus menguasai diskriminasi-diskriminasi.
o
Cognitive
Strategies
Merupakan
sustu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai
kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan
siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar,
mengingat dan berpikir. Beberapa strategi kognitif adalah : (1) strategi
menghafal, (2) strategi elaborasi, (3) strategi pengaturan, (4) strategi metakognitif,
(5) strategi afektif.
o
Attitudes
Merupakan
pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya.
Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana
sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi
hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
o
Motor
Skills
Merupakan
keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan
intelektual sebagai hasil belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup
kegiatan fisik saja tapi juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti
membaca, menulis, dan lainnya
Kondisi
Atau Tipe Pembelajaran
o
Signal
Learning
Belajar
isyarat merupakan proses belajar melalui pengalaman-pengalaman menerima suatu
isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya ada “Aba-aba siap”
merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu, tersenyum merupakan isyarat
perasaan senang.
o
Stimulus-Response
Learning
Belajar
stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang diakibatkan
oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dengan
stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat sebagai akibat
stimulus tersebut.
o
Chaining
Chaining
atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab yang satu
terjadi segera setelah yang satu lagi. Misalnya : Pulang kantor, ganti baju,
makan, istirahat.
o
Verbal
Association
Mengenal
suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian verbal
tertentu.
Misalnya
: seseorang mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bola dan
lain sebagainya. Lalu merangkai itu menajdi suatu pengetahuan geometris,
sehingga seseorang dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.
o
Discrimination
Learning
Belajar
diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, dapat
membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya walaupun bentuk
manusia hampir sama, dapat membedakan merk sepedamotor satu dengan yang lainnya
walaupun bentuknya sama. Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari
jaringan, kadang-kadang jika jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan
interferensi atau tidak mampu membedakan.
o
Concept
Learning
Belajar
konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi
internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga
binatang bisa melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat melakukan tanpa
terbatas berkat bahasa dan kemampuan mengabstraksi. Dengan menguasai konsep ia
dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu misalnya : warna,
bentuk, jumlah dan lainnya
o
Rule
Learning
Belajar
model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui oleh
setiap orang yang telah mengenyam pendidikan. Misalnya : angin berembus dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah
1 + 1 = 2 dan lainnya. Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh yang
konkrit.
o
Problem
Solving
Memecahkan
masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan manusia. Setiap
hari dia melakukan problem solving bayak sekali. Untuk memecahkan masalah dia
harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan pengalaman, melalui
pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan keputusan untuk memecahkan
suatu persoalan. Seseorang harus memiliki konsep-konsep, aturan-aturan dan
memiliki “sets” untuk memecahkannya dan suatu strategi untuk memberikan arah
kepada pemikiran agar produktif.
Kejadian-Kejadian Instruksional
Apakah
yang terjadi dalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha
mengontrol kondisi ekstern. Kondisi ekstern merupakan satu bagian dari proses
belajar, namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar.
Mengajar
terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne terkenal
dengan “Nine instructional events” yang dapat diuraikan sebagai berikut :
o
Gain
Attention
Perlunya
menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru,
aneh, kontradiksi atau kompleks. Diharapkan siswa memiliki kepekaan indera
untuk merespon dengan cepat stimulus yang diberikan. Ketika menarik perhatian
siswa, pembimbing atau guru dapat memberikan gerakan
isyarat atau merubah mimik muka dan suara
tiba-tiba.
o
Inform Learners Of Objectives
Perlunya mengatakan pada siswa apa
yang akan diperoleh atau dikuasai setelah mengikuti pelajaran, sehingga siswa
dapat mengetahui kemampuan yang dikuasai setelah mengikuti pelajaran.
Menyampaikan tujuan
pembelajaran bisa menjadi motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
o
Stimulate Recall Of Prior Learning
Merangsang timbulnya ingatan tentang
pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat
untuk mempelajari materi yang baru.
o
Present The Content
Penyampaian materi pembelajaran
dengan menggunakan contoh, penekanan baik secara verbal maupun “features”
tertentu.
o
Provide "Learning Guidance"
Bimbingan
diberikan melalui persyaratan-persyaratan yang membimbing proses atau alur
berpikir siswa, agar memiliki pemahaman yang lebih baik. Berikan contoh-contoh,
gambar-gambar sehingga siswa siswa dapat lebih memahami materi yang
disampaikan.
o
Elicit Performance /Practice
Siswa
diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap materi.
o
Provide
Feedback
Siswa diberi tahu sejauh mana
ketepatan unjuk kerjanya (performance)
o
Assess Performance
Memberikan
tes atau tugas untuk menilai sejauh mana siswa menguasai tujuan pembelajaran.
o
Enhance Retention And Transfer To The
Job
Merangsang
kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman,
mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah terjadi.
Diharapkan
nantinya siswa dapat mentransfer atau menggunakan pengetahuan, keahlian dan
strategi ketika menghadapi masalah dan situasi baru.
Dalam
mengajar hal di atas dapat terjadi sebagian atau semuanya, Proses belajar
sendiri terjadi antara peristiwa nomor 5 dan 6. Peristiwa-peristiwa itu
digerakkan dan diatur dengan perantaraan komunikasi verbal yakni guru
mengatakan kepada murid apa yang harus dilakukannya
Tujuan Pembelajaran menurut B.S. Bloom
Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani Tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan.Taksonomi dapat diartikan
sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Hampir semua ( benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian )
dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap
ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana
sampai tingkah laku yang paling kompleks.Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan
juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.Taksonomi ini
pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai
"Taksonomi Bloom".
B.
S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi kelompok
pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional (educational
objectives).
Pada
tahun 1956, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives”, Cognitive
Domain”.Pada tahun 1964, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives,
Affective Domain”.Kelompok pelopor ini tidak berhasil menerbitkan suatu
taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang psikomotorik
(psychomotor domain).Orang lainlah yang mengembangkan suatu klasifikasi di
bidang ini, antara lain E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun
1972.
Adapun
suatu taksonomi adalah merupakan suatu tipe system klasifikasi yang khusus,
yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang
digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan
species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana dikembangkan dalam
ruang lingkup Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang
tumbuh-tumbuhan dan binatang,
Sistematika pembagian/penggolongan itu tidak
berdasarkan suatu sistematika yang ditentukan sendiri (yang bersifat arbitrer),
sebagaimana terjadi dalam kartotek perpustakaan, yang mengklasifir buku-buku
menurut urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan abjad judul-judul buku
atau menurut topik-topik yang dibahas dalam buku-buku itu. Taksonomi-taksonomi
di tiga rana kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang dikembangkan oleh
kelompok pelopor ini dan beberapa orang lain, memang disebut “taxonomy”, tetapi
menurut pendapat beberapa ahli psikologi belajar, mungkin tidak seluruhnya
memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana dijelaskan diatas, khususnya
dalam rana kognitif. Meskipun demikian, nama taksonomi akan tetap dipertahankan
di sini, sesuai dengan sumber-sumber yang asli, kecuali untuk
sistematika yang dikembangkan oleh Simpson dalam rana psikomotorik yang
menggunakan nama/judul “klasifikasi” (classification).
Adapun taksonomi atau klasifikasi
adalah sebagai berikut:
Rana Kognitif
Kawasan
kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar
terdiri dari :
o
Pengetahuan (Knowledge):
Mencakup
ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal
itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang
diketahui.Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan
melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut : “siswa akan
mampu menyebutkan nama semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB mulai berdiri”.
Siswa akan mampu menulis semua nama propinsi di Indonesia, pada peta perbatasan
daerah-daerah propinsi”.
o
Pemahaman (Comprehension):
Mencakup
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti
rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang
kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.
o
Penerapan (Application):
Mencakup
kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu
kasus/problem yang kongkret dan baru.Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi
suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapai atau aplikasi suatu metode
kerja pada pemecahan problem baru.
o
Analisa (Analysis):
Mencakup
kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga
struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau
komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antara bagian-bagian
itu.
o
Sintesa (Synthesis):
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian
dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru.
o
Evaluasi (Evaluation):
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal,
bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria
tertentu. Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu,
seperti penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma moralitas,
atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilai tepat-tidaknya
perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria yang berlaku dalam perumusan TIK yang
baik.
Rana Afektif
Pembagian
domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.Kawasan afektif
yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :
o
Penerimaan (Receiving/Attending) :
kepekaan
akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti
buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
o
Partisipasi (Responding):
Mengadakan
aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :
1.
Kesiapan
menanggapi (acquiescene of responding).
Contoh : mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi
pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
2. Kemauan menanggapi (willingness
to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian
yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
3. Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi
atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan
mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah
bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat
perhatiannya, dan sebagainya.
o
Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing):
Mencakup
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap : menerima, menolak atau
mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten
dengan sikap batin.
o
Organisasi (Organization):
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan.Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala
nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu
penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai,
seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan
tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan
atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.
o
Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value
Complex):
Mencakup kemampuan untuk menghayati
nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri.
Rana Psikomotorik
Kawasan
psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi
psikis. Kawasan ini terdiri dari :
o
Persepsi (Perception):
Mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan
antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan
hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedan antara rangsangan-rangsangan yang
ada, seperti dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna
hijau.
o
Kesiapan (Set):
Mencakup
kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan
atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani
dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang
ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang
berwarna merah.
o
Gerakan Terbimbing (Guided Response):
Mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh
yang diberikan (imitasi).Kemampuan ini dinyatakan dalam mengerakkan anggota
tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam
meniru gerakan-gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.
o
Gerakan Yang Terbiasa (Mechanism Response):
Mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena
sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan.Kemapuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh,
sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan
tangan secara terkoordinir.
o
Gerakan Kompleks (Complex Response):
Mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa
subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti
dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.
o
Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation):
Mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan
kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai
kemahiran, misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya
dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan
o
Kreativitas (Creativity):
Mencakup
kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas
dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketrampilan
tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mempu mencapai tingkat kesempurnaan
ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan
es dengan diiringi musik instrument.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar